Masih Adakah Kartini dalam Benak Wanita Indonesia?

Written by Siti Lailatul Hajar (Bintang Sahara) on Sabtu, 21 April 2012 at 05.10


Bukanlah suatu hal yang mudah memperjuangkan suatu hak. Apa yang didengung-dengungkn ketika peringatan Hari Kartini telah tiba yaitu emansipasi wanita. Opini publik mengatakan bahwa emansipasi wanita merupakan salah satu usaha bagaimana menyetarakan gender. Kaum laki-laki masih dianggap lebih superior daripada kaum hawa.
Pemahaman ini telah menjadi salah kaprah dalam masyaakat. Kita telah banyak mengetahui dan melihat pada era modern ini bahwa banyak wanita yang bekerja tidak pada tempat yang seharusnya, yaitu dengan melakukan pekerjaan berat. Seperti menjadi tukang ojek, kuli batu, kernet, dan masih banyak lagi.
Di sini, saya tidak hendak mendiskriminasikan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lain. Semua pekerjaan itu baik asalkan tidak melanggar norma masyarakat yang ada. Namun, ketika ada sebuah pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan wanita menjai sesuatu yang tidak wajar. Wanita telah dikenal dengan sifat lemah lembutnya, tingka laku yang sopan dan angggun, serta penyayang. Sifat ini memang telah melekat pada diri wanita dan menjadi keistimewan tersendiri.
Menilik kembali pada sejarah mengapa Ibu Kartini mempertahankan eksistensi wanita yaitu bukan semata-mata untuk menyamakan gender dengan laki-laki. Ibu Kartini merasa pilu dan sedih melihat nasib wanita yang tidak bisa mengembangkan potensi atau hanya sekadar belajar mengetahui dunia luar. Ketika wanita mulai menginjak umur 12 tahun, pada zaman Ibu Kartini, harus dipingit di dalam rumah. Oleh karenanya, ini akan membatasi wanita untuk mengembangan dirinya.
Melihat kejadian itu, Ibu Kartini merasa harus merubah keadaan tersebut. Dengan berbekal tenaga dan dukungan dari suaminya, Ibu Kartini mendirikan sekolah untuk para wanita. Selain itu,banyak sekali tulisan-tulisan Ibu Kartini mengenai wanita. Namun sayangnya, Ibu Kartini meninggalkan dunia di usia yng masih belia, 25 tahun. Sungguh menyedihkan.
Bisa dibayangkan, jika kondisi yang terjadi ada masa Ibu Kartini  masih tetap terjadi di era modern ini, mungkin wanita tidak akan bisa pergi kuliah, sekolah SMA atau bahkan mencicipi bagku SMP. Tidak akan ada wanita yang bisa duduk di meja parlemeter, menjadi anggota dewan atau bahkan menjadi seorang presiden.
Memang, tidak seharusnya wanita hanya diperlakukan dalam tiga tempat –kasur, sumur, dan dapur-, melainkan wanita juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri. Semoga tulisan ini bisa menggugah kaum peuda, khususnya kaum pemudi untuk senantiasa mengeksplorasi bakat dan potensi diri.
Selamat Hari Kartini. ingat! Jangan sia-siakan perjuangan dan pengorbanan Ibu Kartini. Mari berkarya bersama untuk bangsa kita tercinta, Indonesia.

0 Responses to "Masih Adakah Kartini dalam Benak Wanita Indonesia?"

Pages

@suryacinta. Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Our Partners

Categories

Resources

Bookmarks

Bintang Sahara

Semua lebih berarti, apabila dihayati.